Padang, Javanusa—Perhelatan Festival Muaro Padang tak hanya menghadirkan hiburan semata. Tetapi juga menjadi wadah pelestarian sejarah dan budaya.
Salah satu buktinya adalah peluncuran buku “Bandar Padang Abad XVII-XVIII: Sejarah Masyarakat dan Tradisi” di Aula Museum Bank Indonesia, Sabtu (20/4/2024).
Peluncuran buku ini dibuka dengan diskusi mengenai buku bersama kedua penulisnya dan puluhan guru sejarah SMP.
Sekda Kota Padang Andree Algamar menyampaikan buku ini adalah buku pertama terkait Batang Arau.
Baca Juga: Hujan Deras Tak Surutkan Semangat Pengunjung Festival Muaro Padang
“Festival Muaro Padang yang kedua ini, Pemko Padang menghadirkan khazanah baru, guru sejarahnya kita ajak untuk berdiskusi Buku Bandar Padang,” ucapnya.
Buku ini sangat penting bagi masyarakat Kota Padang terlebih di bidang edukasi. Sebab, buku ini akan membantu membuka pengetahuan dan wawasan bagi siswa mengenai historis serta keberagaman Kota Padang di masa lampau.
“Dengan adanya diskusi ini, kita harap literasi kota Padang semakin meningkat. Serta generasi muda semakin memahami sejarah dan mencintai Kota Padang. Kemudian kita ingin agar seluruh warga padang merasakan kebersamaan terkait Padang tempo dulu,” tuturnya.
Andree menambahkan, Pemko Padang akan terus mendorong agar semakin banyak buku terkait Kota Padang. Dengan begitu, minat anak-anak muda mengenali Padang semakin banyak.
Buku ini ditulis oleh Deddy Arsya dan Muhammad Iqbal. Deddy Arsya menjabarkan buku ini ditulis selama dua bulan.
Buku setebal 193 halaman itu menceritakan tentang Batang Arau atau disebut Bandar Padang dalam catatan sejarah budaya dan ekonomi.
“Kita harap buku ini bisa menjadi media pengetahuan bagi kita semua mengenai sejarah Kota Padang, khsusnya pada abad 17 dan 18,” tukasnya. (*/jn01)