Jakarta, Javanusa – Filler menjadi salah satu tindakan kosmetik non-bedah yang banyak digunakan oleh orang saat ini. Khasiatnya adalah membuat kulit wajah lebih kencang sekaligus menghilangkan kerutan dan garis halus.
Meski memberikan dampak yang cepat, penggunaan filler secara terus-menerus dan berlebihan ternyata menimbulkan efek samping. dr Maya Safriana Lubis MBiomed (AAM), AIFO-K, seorang dokter estetika yang telah tersertifikasi dari Amerika dan Eropa menyebut, kebanyakan filler bisa membuat bentuk wajah menjadi aneh.
“Karena menawarkan hasil yang instan, dan tidak ada standarisai dosis dan ukuran tepat dalam penggunaannya. Banyak orang yang jadi salah prediksi dalam menggunakan filler alhasil wajah pasien malah jadi over dan berlebihan,” jelas Maya dalam siaran persnya.
Sebenarnya yang paling tepat dan yang paling harus bertanggung jawab dalam menentukan standarisasi penggunaan dosis Filler adalah dokter spesialis. “Seorang dokter harus pintar & tepat dalam melakukan assesment / penilaian terhadap wajah pasien. Harus paham tentang standarisasi keproforsionalan wajah pasien, jangan sampai salah dalam melakukan assesment / penilaian terhadap kebutuhan wajah pasien,” tambahnya lagi.
Ditambahkan dr Maya, dibutuhkan therapy yang sesuai dengan kebutuhan wajah agar terlihat lebih proforsional dan mengatasi keluhan.
“Misalkan, pasien A datang meminta ditreatment wajah sperti temannya yang sudah terlebih dahulu melakukan tindakan filler. Namun kebutuhan wajah setiap orang berbeda. Pasien A butuh 5 cc filler, sementara pasien B cukup 2 cc filler sudah proforsional. Jadi tidak perlu memaksakan mengikuti keinginan pasien atau keinginan dokter,” jelasnya.
Persoalan inilah yang ditekankan dr Maya di kliniknya. “Niat saya menolong pasien utk mendapatkan keprofosionalan wajah sesuai kebutuhan dan memberi solusi bagi segala permasalahan wajah pasien.
Karena itulah, ia menyarankan untuk melakukan suntik filler sesuai kebutuhan saja, dan jangan terlalu over,” sebut dr Maya.
Alhasil, wajah yang mendapat kelebihan penyuntikan filler akan menyebabkan reaksi fatal dan memunculkan reaksi pembengkakan, necrosis karena kompresi pembuluh darah, kebutaan bahkan hal buruk lainnya seperti kehilangan jaringan wajah akibat kurang suplai oksigen.
“Ketika perawatan yang dilakukan melebihi kapasitas, maka sangat mungkin wajah akan terkena Facial Overfilled Syndrome,” tambahnya lagi.
Dokter Maya juga menyarankan, sebelum melakukan prosedur filler, ada baiknya untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti ekspektasi hasil. Siapa yang mengerjakan prosedural filler, memilih dokter yang proforsional dan paham akan kebutuhan pasien, dokter yang tidak commercial, dan memikirkan kemungkinan efek samping yang akan timbul,
“Pasien yang ingin melakukan injeksi filler, sebelum benar-benar meminta untuk injeksi, ada baiknya konsultasikan dulu kepada dokter klinik. Sesuaikan dengan kebutuhan wajah, jangan ekspekstasi,” sebut pemilik akun Instagram @dr.mayasafrianalbs ini.
Menyadari betapa pentingnya edukasi terkait hal itu, dokter Maya pun kerap kali membagikan edukasi penting melalui konten-konten menarik di akun Instagramnya.
CEO sekaligus pemilik 5 cabang klinik estetika yang tersebar di Indonesia ini terlihat sering mengunggah konten seputar permasalahan dan solusi estetika kepada pengikutnya. Bahkan, ia juga menerima konsultasi gratis terkait permasalahan estetika ini.
“Konsultasi sebelum tindakan itu sangat penting, agar segala tindakan yang dilakukan oleh dokter juga terarah dan sesuai dengan kebutuhan pasien,” pungkasnya. (beb)