“Vaksin HPV itu harganya mahal karena ketersediaan vaksin tidak sebanding dengan populasi yang ada. Sekarang sudah ada namanya (vaksin HPV) Nusagard. Kita harap ke depannya lebih banyak lagi yang bisa kita produksi di Bio Farma. Karena vaksinnya di level dunia juga kurang,” kata Menkes Budi.
Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan pemeriksaan pap smear atau pemeriksaan HPV DNA.
Teknologi deteksi dini saat ini juga telah berkembang dengan adanya pemeriksaan HPV DNA yang menggunakan teknologi Polymerase chain reaction (PCR).
Karena itu, Menkes Budi menyampaikan rencana selanjutnya adalah menyediakan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR,” kata Menkes Budi.
Saat ini, terdapat 16 provinsi yang akan difasilitasi PCR. Sebelum 2030, Kementerian Kesehatan menargetkan semua kabupaten/kota akan mendapatkan fasilitas pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR agar deteksi dini kanker bisa dengan mudah dilakukan.
Program berikutnya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, yakni terapi. “Seluruh puskesmas akan diberi alat yang namanya thermal ablation (ablasi termal) yang mudah digunakan. Dengan adanya alat tersebut, apabila terdapat lesi maka bisa diterapi langsung dan dirawat di puskesmas,” kata Menkes Budi.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, WHO telah mencanangkan strategi global untuk eliminasi kanker leher rahim pada tahun 2018 sampai tahun 2030. Strategi ini meliputi tiga intervensi,
“Intervensi yang dilakukan yaitu imunisasi, skrining menggunakan tes performa tinggi, serta pengobatan sesuai standar,” kata Dirjen Maxi.
WHO menargetkan 90% wanita harus diimunisasi. Sebelum 2030, imunisasi HPV juga dilakukan untuk remaja pria. “Indonesia menargetkan hal yang sama,” lanjut Dirjen Maxi.
Sumber Berita : kemkes.go.id
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya